Selasa, 05 Oktober 2010

PRINSIP PERGAULAN BAGI REMAJA

Oleh: Pdt Supriyono Sarjono.

I Korintus 15 :33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan
yang baik
Pergaulan adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan kita manusia, kususnya bagi anak-anak kita yang
sedang memasuki masa remaja. Artist Joan Baez menuliskan syair yang telah digubah menjadi satu lagu berjudul No
Man Is an Island inilah sebagian dari syair lagu itu :No man is an Island, No man stand alone
Each Man's Joy is Joy tome, Each man's grief is my own
We need one another, So I will defend
Each man as my brother, Each man as my friend. (Dan seterusnya )
Kita semua perlu menyadari bahwa ungkapan tidak seorangpun seperti sebuah pulau yang sanggup hidup sendiri tanpa
kawan dan sahabat itu memang benar, karena kita adalah makhuk yang harus hidup bersosial. Namun Sekalipun Lagu
yang berjudul No man is an Island ini telah banyak digemari oleh orang-orang muda bahkan telah dijadikan Ringtones
HP milik sebagian orang-orang muda. Namun bila kita simak baik baik bagian akhir dari penggalan syair ini yang
berbunyi Each man as my brother, Each man as my friend, tidaklah cocok dengan prinsip-prinsip pergaulan orang muda
Kristen. Untuk memastikan apakah anak-anak muda telah memiliki pergaulan yang sesuai dengan standart kekristenan
mari kita simak prinsip- prinsip pergaulan berikut ini:
1. Dalam bergaul, Remaja harus memiliki daftar orang- orang tertentu yang sebaiknya dijauhi.
Maksudnya adalah Remaja tidak boleh bebas bergaul dengan siapa saja. Sama seperti orang tua dan siapa saja kita
manusia juga tidak boleh bergaul bebas dengan siapa saja. Didalam bergaul kita harus selektif dalam memilih siapa
yang layak menjadi sahabat dan siapa yang selayaknya kita jahui. Lalu seperti apakah panduan dalam memilih kawan
yang selektif itu?
Inilah daftar orang-orang yang sebaiknya remaja jahui dalam pergaulan.
a. Sahabat/ teman yang berusaha menjerumuskan kita kedalam pelanggaran hukum Tuhan dan hukum manusia.
Misalnya saja teman yang coba menjerumuskan kita untuk Berbohong, mencontek, mencuri, berkelai, memusui sesama,
meminum minuman keras, merokok, menggunakan Narkotika. Teman yang seperti ini perlu kita jahui. Karena hanya
akan merugikan dan merusak serta menghancurkan masa depan remaja.
b. Sahabat/teman yang Melecehkan dan merendahkan kita: Mungkin kita pernah bertemu dengan seorang teman yang
sukanya terus terusan merendahkan kita, kata-kata ejekan yang diucapkannya senganja untuk merendahkan kita, ada
juga teman yang gantinya memberi semangat dukungan tetapi malah sering, menjatuhkan semangat dan meragaukan
kemampuan kita. Bila remaja bergaul dengan teman seperti ini bukan membawa kepada peningkatan diri, dan
membangun diri kearah kedewasaan. Untuk itu sikap yang harus dimiliki oleh remaja sebaiknya menolak pergaulan
dengan teman semacam ini
c. Teman yang memanfaatkan kita. Teman seperti ini adalah teman yang menjadikan kita bagaikan sapi perah yang siap
untuk dihisap dan dimanfaatkan. Mereka menjadikan kita sebagai pesuruh, kita selalu dipaksa membayar makanan
baginya, mengerjakan PRnya. Wah Capek kan? Tanpa saling bergantian untuk saling menolong, membantu,
memperbaiki bukanlah persahabatan yang wajar.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh orangtua? Orang tua harus menolong anak remajanya untuk merasakan
terpenuhinya kebutuhan dikasihi, dihargai, dihormati, dipercayai sejak anak anak masih kecil. Dan selanjutnya saat anak
mengijak remaja orang tua bisa menolong remaja untuk memiliki daftar criteria teman yang layak dijadikan sahabat yang
bisa menolong remaja bertumbuh sehat dan wajar melaui pergaulan yang baik. Sehingga kemanapun anak remaja pergi
bisa memilih teman dengan criteria yang tepat.
2. Prinsip yang kedua, Berpacaran Tidak boleh tetapi Bergaul dengan yang tak seiman boleh, asal mereka bukanlah
daftar teman yang harus dijahui. Sekalipun beda agama remaja sebaiknya diijinkan bergaul dengan mereka. Hal ini
sangat penting sebagai sesame ciptaan Tuhan bisa menjalin relasi yang kuat dan saling mengisi dan dapat memper
indah dan memperkaya kehidupan masing masing. Kalau remaja tidak mempunyai pergaulan yang cukup luas, maka
dikawatirkan cara pandangnya akan sangat terbatas, dan juga toleransi terhadap sesame manusia akan menjadi sangat
lemah. Hal ini kelak akan bisa menyebabkan cara pengambilan keputusanya menjadi sangat sederhana. Pergaulan yang baik bisa dijadikan oleh remaja Kristen sebagai tempat untuk bersaksi, bagaimana seorang Kristen hidup ditengahtengah
masyarakat.
Apa yang seharus dilakukan oleh orangtua? Sebelum anak menginjak remaja dan bergaul dengan teman-teman yang
memiliki berbagai latar belakang agama, seyogyanya orang tua sudah terlebih dahulu menanamkan prinsip-prinsip
kebenaran yang jelas dan kokoh kepada anak, sehingga saat iman diuji dalam pergaulan remaja mereka dengan
pertolongan Tuhan akan seperti Daniel dan kawan-kawannya saat di Babelonia.
3. Remaja sebaiknya Boleh menjalin persahabatan dengan lawan jenis, Tetapi sebaiknya tidak untuk pacaran hingga
memasuki usia Pemuda. Usia remaja sebaiknya adalah usia membangun hubungan seluas luasnya dengaan sesama
jenis dan dengan lain jenis tanpa harus diikat dengan ikatan khusus yaitu hubungan romantis. Ada banyak kekayaan dan
manfaat diperoleh remaja dari pergaulan kelompok sejenis maupun antar jenis kelamin ini. Anda masih ingat saat remaja
dulu bahwa hubungan-hubungan sederhana dengan seorang kawan adalah penting dan itu bagian dari struktur
pertumbuhan yang harus dijalani tiap tiap remaja. Hubungan sederhana itu melatih atau merintis jalan kepada hubungan
kompleks diusia dewasa kelak.
Bagi remaja Sekedar berbicara saja dengan lawan jenis itu sangat berarti, bagi pertumbuhan mereka, oleh karena
berkomunikasi yang dengan santun yang dilakukan sejak usia sangat muda akan sangat membantu dimasa transisi atau
peralihan yang lebih normal dikemudian hari. Karena dijaman yang penuh dengan alat komunikasi yang serba canggih
ini ternyata kita bisa banyak temukan baik dirumah tangga atau di tengah-tengah masyarakat, ada orang-orang yang
tidak sanggup mengkomunikasikan keinginanya dengan santun dan baik. Mereka berunjuk rasa tetapi dengan cara yang
anarkis, merusak, menyakiti, menghancurkan dan dipenuhi dengan dendam dan amarah. Hal ini adalah tanda dari
gagalnya pembinaan komunikasi yang santun itu sejak dirumah dan disaat mereka usia remaja.
Jadi sangatlah penting pergaulan yang sehat itu dilatih dan dimiliki oleh anak remaja kita. Namun bila semasih remaja
anak langsung membina hubungan special, exclusive dengan seorang lawan jenis, sesungguhnya mereka akan
langsung kehilangan manfaat dari pergaulan yang aman, penuh keceriaan. Banyak orang salah langkah bahkan juga
salah pilih teman hidup atau bahkan terpaksa hidup membujang seumur hidup oleh karena gagal membina friendship
diusia remaja.
Apa peran dan fungsi yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Tiga peran dan fungsi orang tua:
a. Pengasuh, berarti orang tua memberikan gizi, baik gizi jasmaniah atau pun gizi batiniah dan rohani kepada anak,
sehingga anak bisa bertumbuh besar menjadi orang yang stabil dan cukup sehat.
b. Pengarah dan pendamping, artinya pada masa ini orang tua akan menjadi konselor bagu anak, memberikan arahanarahan
dan secara aktif orang tua memantau perkembangan anak.
c. Penasihat atau konsultan, secara pasif orang tua memberikan masukan kepada anak. Peran ini dilakukan oleh orang
tua saat anak sudah dewasa, biarkan anak yang datang mencari kita, barulah kita memberikan masukan tatkala mereka
datang kepada kita. Dan janganlah perlakukan anak yang kini sudah dewasa seperti anak kecil lagi.
4. Prinsip yang keempat: Ada Tempat-tempat dan Aktifitas-aktifitas yang tidak selayaknya dilakukan dan kunjungi oleh
Remaja. Ada tempat dan Aktifitas tertemtu yang memang tidak boleh remaja kunjungi dan lakukan karena bila dilanggar
akan berdampak pada buruk kepada remaja dan masa depan mereka. Misalnya saja dilarang bermain judi, nonton film
porno, melihat gambar-gambar porno, atau membuka situs-situs porno, merokok, minum minuman keras,
mengkonsumsi narkoba, walaupun hanya sekedar mengantar seorang teman ketempat seperti itu dan meskipun hanya
teman-temannya yang melakukan. Ada remaja yang berfikir kita tidak akan terjatuh dengan hanya melihat sekali saja.
Pendapat seperti itu adalah sangat berbahaya, karena setan sedang bekerja keras untuk menjatuhkan seriap orang
muda. Apalagi bila aktifitas seperti itu dilakukan berulang ulang bisa saja satu kali kelak kita akan tergoda dan jatuh
dalam tindakan yang salah dan berdosa.
Apa yang harus dilakukan oleh orang tua: Sebelum anak menginjak usia
Remaja informasi tentang tempat dan aktifitas-aktifitas yang tidak tepat dikunjungi anak remaja sudah harus
diberitahukan dengan jelas kepada Anak, Janganlah larangan itu baru keluar setelah anak terlanjur pergi dan melakukan
aktifitas yang anak tidak layak pergi dan lakukan.
Ajakan: Kepada Orang tua. Marilah kita renungkan firman Tuhan Ini:
Amsal 10:21 "Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal
budi."
Kalau kita mau menggembalakan anak-anak prasyaratnya harus kita penuhi. Yaitu kita harus menjadi orang yang benar,
orng yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Kita sebagai orang tua juga harus menjadi orang yang hidup dalam Tuhan,
dan mempunyai hikmat juga dari Tuhan. Dengan cara itulah anak-anak akan hormat kepada kita, kita bisa
menggembalakan mereka
Ajakan: Kepada Anak Remaja. Marilah orang muda renungkan firman Tuhan Ini:I Korintus 15:33 "Janganlah
kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik"

Tugas Perkembangan Remaja


Tugas Perkembangan Remaja advertisements : Tugas perkembangan ada dalam setiap tahap kehidupan. Tidak hanya untuk remaja namun dari kanak-kanak hingga dewasa lanjut.Setiap tahap kehidupan memang telah memiliki tugas perkembangannya masing-masing. Tugas perkembangan remaja perlu diketahui para remaja agar dapat dijadikan acuan bagi masa berikutnya yaitu masa dewasa dan perlu diketahui pula oleh para orangtua dan guru agar dapat membimbing putra-putri/murid-muridnya untuk dapat melewati masa-masa “penuh badaiĆ¢” tersebut dengan baik .
Adapun tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1)    Menerima kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Artinya seorang remaja bisa belajar menerima diri sendiri, bentuk tubuh, bentuk wajah, dll. Menggunakan tubuh secara efektif berarti juga harus bisa merawat dan menjaganya. Tidak melakukan perbuatan yang belum waktunya dilakukan seperti hubungan intim sebelum menikah. Mengapa? Karena remaja bisa terkena infeksi menular seksual atau terjadilah kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu, dampak psikologis yang ditimbulkan tidaklah sebentar, melainkan berkepanjangan.
2)    Dapat menjalin hubungan yang baru dan lebih matang baik dengan teman sejenis atau lawan jenis. Remaja diharapkan sudah mampu untuk menerima pertemanan atau persahabatan tidak hanya dari teman putra atau putri saja, tapi dari keduanya. Selain itu, kremaja diharapkan mampu untuk menjaga dan memelihara hubungan yang sudah terjalin dengan baik. Dengan kata lain, bila terjadi konflik atau masalah dalam hubungan yang sudah terjalin, maka mereka dapat menyelesaikannya dengan cara yang matang. Tidak dengan cara-cara agresif atau sebaliknya malah menjadi pasif, tapi menyelesaikan segala masalah dengan cara asertif dan berusaha mencari penyelesaian yang dapat menguntungkan semua pihak. *Perilaku Asertif*: Cara berperilaku dimana perasaan atau pandangan diungkapkan secara terus terang tanpa melukai perasaan atau merendahkan harga diri orang lain.
3)    Dapat menerima peran jenis kelamin. Belajar menerima peran jenis kelamin artinya, belajar untuk menerima diri sebagai seorang perempuan atau laki-laki sesuai dengan jenis kelaminnya.
4)    Mencapai kemandirian secara emosional, baik terhadap orangtua maupun terhadap orang dewasa lainnya. Contoh dari mencapai kemandirian secara emosional antara lain, belajar menghargai perbedaan yang ada, seperti perbedaan pendapat serta mampu mengenali emosi dan menempatkannya secara tepat. alah yang ada tanpa perlu terlalu banyak bergantung pada orangtua.
5)    Mempersiapkan karir dan kemandirian ekonomi. Sebagian besar dari remaja ketika ditanya tentang karir jawabannya banyak banget sampai keliatan kalau sebenarnya mereka masih bingung. Agar mereka tidak bingung dan semakin mantap menentukan bidang apa yang nanti akan ditekuni, sebaiknya orangtua atau guru membantu mereka untuk mempersiapkan diri dari sekarang. Cara mempersiapkannya dapat dilakukan dengan mengenali bakat, kemampuan dan minat yang dimiliki. Jika perlu lakukan konsultasi pada ahlinya, yaitu psikolog untuk mengetahui minat, bakat, dan kemampuan diri .
6)    Mempersiapkan diri secara fisik dan psikis untuk menikah dan menghadapi kehidupan berumah tangga. Makna lain dari mempersiapkan diri secara fisik dan psikis untuk menikah dan berumahtangga adalah mampu menjaga dan memelihara organ reproduksi dengan baik. Kemudian, memiliki rencana terhadap masa depan yang akan dijalani serta konsep sebuah keluarga yang ideal dan bertanggung jawab.
7)    Mengembangkan keahlian intelektual dalam hidup bermasyarakat. Dalam mengembangkan keahlian intelektual di masyarakat remaja diharapkan mampu mengembangkan keahlian yang dimiliki untuk mempersiapkan masa depan. Misalnya kalau ingin menjadi seorang dokter, mereka dapat memilih kuliah di fakultas kedokteran dan mengembangkan keahlian itu tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk bakti pada masyarakat dan mengabdi pada Tuhan.
8) Mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab. Mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab artinya remaja diharapkan sudah mampu untuk ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Menunjukkan perhatian pada masalah sosial yang terjadi, dapat berlaku sesuai dengan norma yang ada dan mampu beradaptasi dengan lingkungan. 9) Memiliki nilai-nilai yang digunakan sebagai pedoman hidup. Remaja diharapkan sudah memiliki nilai-nilai yang akan digunakan dalam kehidupan. Misalnya, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, tidak memakai obat-obat terlarang. Tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan orang lain, atau melakukan perusakan lingkungan serta menanamkan rasa kasih sayang terhadap semua makhluk. Berhasil atau tidaknya seorang remaja menjalani tugas perkembangan selain tergantung pada diri remaja itu sendiri,juga perlu didukung oleh orangtua dan guru sebagai pembimbing mereka.

Taken From: http://episentrum.com/artikel-psikologi

Remaja


Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu:
(1) perkembangan fisik,
(2) perkembangan kognitif, dan
(3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja Perkembangan fisik Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001).
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel. Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” .
Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan Ć¢€Å“personal fableĆ¢€ sebagai berikut : Ć¢€Å“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinyaĆ¢€. Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993).
Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu. Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama. Perkembangan kepribadian dan sosial Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Tugas perkembangan remaja Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
* memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
* memperoleh peranan sosial
* menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
* memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
* mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
* memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
* mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
* membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

Pacararan Remaja Kristen

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Daya tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
A.Pendahuluan
Berbagai kota besar amat menjanjikan kemudahan bagi para kaum mudanya. Diskotik, pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan merupakan ajang pertemuan kaum muda dengan segala pernak-perniknya. Kehidupan yang penuh gejolak ini seringkali membuat kaum muda kepada “perilaku seks bebas” bahkan “menyimpang“.
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja dimanapun didunia ini. Kehamilan remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang salah disaat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.
B.Upaya Mengenal Kehidupan Remaja
Akibat matangnya alat kelamin sekunder maka di usia 13 – 15 tahun pada pria dan di usia 12 -14 tahun pada wanita, terjadi perubahan fisik dan emosi. Mereka masuk ke dalam suatu masa yaitu masa pubertas. Masa ini dikenal sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa muda. Salah satu perubahan terpenting dengan matangnya alat kelamin sekunder tadi mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya. Kenikmatan tentang cinta dan seks yang ditawarkan oleh berbagai informasi, baik berupa majalah, tayangan telenovela, film, internet yang mengakibatkan fantasi-fantasi seks mereka berkembang dengan cepat, dan bagi mereka yang tidak dibekali dengan nilai moral dan agama yang kukuh, fantasi-fantasi seks tersebut ingin disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas maupun perilaku seks pranikah saat mereka pacaran. Disinilah titik rawannya. Gairah seks yang memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun, padahal diusia tersebut mereka masih bersekolah/kuliah sehingga tidak mungkin melakukan pernikahan. Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks mereka yang tingi dengan melakukan onani ataupun seks pranikah. Penyaluran melalui onani sebenarnya merupakan penyaluran seks yang sehat sebatas tidak berlebihan, namun disayangkan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat begitu menakutkan sehingga kaum muda sering dipojokkan, terutama dengan perasaan dosa saat melakukan onani. Untuk itu pendidikan seks bagi para siswa SMP dan SMA sebaiknya diberikan agar mereka sadar bagaimana menjaga agar organ-organ reproduksinya tetap sehat.
C. Berpacaran yang Sehat dan Bebas Aids
Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan. Untuk itu hal-hal di bawah ini perlu mendapatkan perhatian:
1. Hati – hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
2. “No Seks”
Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
3. “Rem Keimanan”
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya iapun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
4. Bahaya Kehamilan di Usia Muda
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
  1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
  2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
  3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
  4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
  5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
  6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
  7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
Disamping terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki, seks yang dilakukan sebelum menikah akan mengandung berbagai masalah antara lain tuntutan suami akan keperawanan, berbagai penyakit kelamin (termasuk AIDS), stress berkepanjangan, kemandulan (karena infeksi) dan lain-lain.
5. Kiat Sadar Diri
Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran. untuk itu beberapa tips agar tidak terbuai:
  1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat.
  2. Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
  3. Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran.
  4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
  5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
  1. Sehat Fisik.
    Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
  2. Sehat Emosional.
    Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
  3. Sehat Sosial.
    Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri.
    Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
  4. Sehat Seksual.
    Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, apalagi melakukan hubungan seks.
D. Pengaruh Perilaku Seks Bebas pada Intelektualitas
Pusat aktifitas seks adanya di otak, yaitu bagian di otak yang bernama “Hypotalamus” (batang otak). Hypotalamus yang mengatur gairah seks (libido), keinginan seks (motivasi), sementara otak besar mengatur fantasi seks dan pengalaman seks. Adanya rangsangan seks yang datang melalui panca indera (penglihatan, penciuman, dan sentuhan) masuk ke dalam otak dan melalui susunan saraf yang kompleks, melalui tulang belakang, menimbulkan ereksi, maupun pembasahan vagina (lubrikasi). Semakin ditundanya usia perkawinan oleh karena berbagai sebab (kemampuan sosio-ekonomi, pendidikan, dll), mengakibatkan penyaluran seks yang sehat dan alamiah terganggu, sementara sebagai media menyajikan bermacam bentuk pornografi yang merangsang gairah dan keinginan seks kaum muda. Mereka yang tahu akan bahaya seks pranikah menyalurkannya melalui masturbasi, sementara yang lain melakukan berbagai tingkatan aktivitas seks, mulai dari bercumbu sampai melakukan hubungan seks.
Makin banyak seseorang melakukan fantasi seks makin cenderung untuk melakukan aktifitas seks, sementara perasaan berdosa, mitos-mitos yang menakutkan, kehamilan yang tidak diinginkan, berbagai penyakit kelamin menghantui mereka. Akibatnya sering terjadi konflik di dalam jiwa mereka dan tentunya keadaan ini dapat mengganggu perkembangan intelektualitasnya.
Pendidikan seks yang benar dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat kita dapat mengurangi konflik dan mitos-mitos yang salah yang selama ini berkembang dalam masyarakat kita, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektualitas seseorang.

“POLA HIDUP REMAJA KRISTEN”

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan/perkembangan. Perkembangan yang dimaksud bukan arti seakan-akan dalam masa remaja seseorang baru mulai berkembang di dalam kehidupannya. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan fisik, umur, moral ke arah yang lebih baik lagi dari semula (ada perubahan). Masa remaja sering disebut sebagai masa yang penuh gejolak dan masalah. Muatan pelajaran dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang terlalu banyak menuntut waktu dan perhatian mereka serta orang tua sering kali menambah beban anak-anak remaja dalam pergaulan hidup sehari-hari. Tuntutan yang terlalu banyak sering kali membuat seseorang ingin meninggalkan kebiasaan itu dan ingin “berpetualang”. Dalam “petualangannya” seorang anak remaja dapat menjadi seorang yang kehilangan identitas atau lupa diri. Dalam keadaan perkembangan zaman yang sangat pesat dan seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, setiap orang harus tetap memiliki pola hidup yang kokoh dan mengikuti perkembangan itu tanpa kehilangan identitas. Seorang remaja Kristen tetap hidup sebagai seorang Kristen.
1. Pengertian Masa Remaja (Masa Adolesen)
Sebagai seseorang remaja yang sedang masuk dalam tahap dewasa, remaja mengalami perkembangan atau pertumbuhan-pertumbuhan untuk memungkinkan menjadi seorang dewasa. Akan tetapi perlu kita ketahui pengertian masa remaja. Masa remaja (adoselen) dapat dipandang sebagai suatu msa di mana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama) telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, di mana kita sulit untuk memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tetapi tidak juga orang dewasa.
Menurut Witherington (Psikolog), masa adolense dapat dibagi dalam dua fase, yaitu :
~ Fase remaja awal (pra-adolensence), yang berkisar antara usia 10 – 15 tahun : masa ini ditandai dengan perubahan fisik, misalnya tumbuh kumis pada anak laki-laki atau menstruasi pada anak perempuan.
~ Fase remaja akhir (late-adolensence), yang berkisar antara usia 15 – 18 tahun. Pada peridoe ini remaja mengadakan penyesuaian sosial menuju kepada kematangan dan penemuan diri.
2. Pokok Pembahasan
Dalam Alkitab dinyatakan dengan jelas : “Anak-anak pada masa mudanya seperti anak-anak panah di tangan pahlawan” (Mzm 127:4). Dalam pencarian serta penemuan diri, seorang remaja tidak terlepas dari situasi masyarakat sekitarnya. Setiap orang lahir dan dibesarkan dalam suatu komunitas, dan tidak terlepas dari komunitas tersebut. Baik buruknya sikap atau pola perilaku seseorang tidak terlepas dari baik buruknya komunitas masyarakat tempat tinggalnya. Dengan kata lain, masyarakat remaja mencapai atau tidak mencapai “sasaran” hidup yang tepat. Pada era modern saat ini yang ditandai dengan kemajuan teknologi, sering kali anak-anak remaja alam “petualangan”nya, menjadi seseorang yang kehilangan identitas. Kemampuan yang lemah dan kekurangsiapan dalam mengikuti dan memanfaatkan perkembangan zaman mengakibatkan seseorang remaja menjadi “korban teknologi”. Misalnya : teknologi informatika komputer yang diwarnai dengan meluasnya sarana “internet” dapat berakibat fatal apabila disalahgunakan dengan pengaksesan situs porno yang dapat merusak moral remaja dan menuntunnya ke arah yang lebih amoral dengan menggemari free-sex (seks bebas).
Akan tetapi faktor kemiskinan keluarga dan ketidakharmoniasan orang tua dapat dijadikan sebagai salah satu penyebab boborknya moral remaja, misalnya mengedar dan konsumsi narkoba sebagai alat ‘penyegar” pikiran dan pelarian, serta sebagai sararana agar diterima dalam peer group (teman sebaya). Pola hidup remaja seperti demikian adalah pola hidup yang bertentangan dengan ajaran Tuhan (Alkitab). Secara nyata Alkitab memang mencatat agar setiap anak menikmati masa mudanya, akan tetapi bukan berarti mengabaikan perintah Tuhan. Sebab jika masa muda dilalui tanpa korelasi yang baik dengan Tuhan maka itu adalah sia-sia (bnd Pkh 11:9-10). Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah : “Bagaimana sebaiknya sikap seorang remaja Kristen dalam menyikapi perkembangan zaman di tengah-tengah pergaulan hidup?”
Menyikapi pola kehidupan remaja Kristen sekarang ini, alangkah baiknya bila back to the Bible (kembali kepada Alkitab). Rasul Paulus menegaskan kepada jemaat di Korintus bahwa tubuh itu merupakan bait Roh Kudus, tempat berdiamnya Roh Allah yang telah lunas dibayar harganya. Sebagai bait Allah yang adalah gambaran rupa Allah (imago Dei), setiap manusia (khususnya remaja) harus memiliki dan menyatakan sifat Allah itu, yakni : hidup dalam persekutuan yang kudus dengan Dia, hidup dalam Kasih, hidup kudus, pembawa damai, dan sebagainya.
Menurut John Wesley (Bapak Pendiri Gereja Methodist), setiap orang harus hidup dalam persekutuan dengan Allah untuk menemukan diri dalam diri Allah dengan kekudusan. Kekudusan yang dimaksud Wesley bukanlah kekudusan dalam arti asketis (bertapa untuk menghindari kehidupan masyarakat), kekudusan itu tidak hanya tampak pada self-holiness (kekudusan pribadi), misalnya : doa, puasa, tidak merokok, percaya kepada Tuhan Yesus, dan sebagainya. Melainkan bahwa kekudusan itu hendaknya tampak dalam kehidupan sosial masyarakat (social holiness). Seseorang disebut kudus bila keimanannya kepada Yesus dinyatakan dalam perbuatan baik dan membawa perubahan hidup dalam masyarakat (bnd Yak 2:17) untuk kemudian menuju kepada kesempurnaan Kirsten, yaitu ke dalam hidup yang terus menerus bertumbuh dan dibaharui dalam “Anugerah Allah” yang diberikan secara cuma-cuma kepada setiap orang. Dalam menjawab tantangan zaman, seorang remaja Kristen dituntut untuk menjadi teladan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dengan kata lain seorang remaja Kristen harus “tampil beda” dari yang non Kristen untuk mencapai “sasaran” hidup yang sesuai kehendak Yesus di tengah-tengah perkembangan zaman yang ditopang dengan adanya komitmen untuk hidup dalam pimpinan Tuhan, – seperti syair lagu dalam Kidung Jemaat No. 413:1.

Sekilas.....

Blog ini dibuat oleh lulusan Train of Trainer Angkatan 2 Remaja GMIM yang bertujuan untuk membantu Komisi Remaja Sinode GMIM dalam hal pelatihan-pelatihan seperti LKRG dan LTPR.....(harap dilanjutkan)